Jepang adalah negara yang terkenal dengan kekuatan ekonomi dan prestasi teknologinya. Perekonomiannya termasuk salah satu yang paling maju di dunia, dengan karakteristiknya yang khas. Negara ini merupakan salah satu mitra dagang utama dunia, mengekspor produknya ke lebih dari 150 negara. Selain itu, Jepang juga aktif terlibat dalam organisasi ekonomi internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

Industri memainkan peran penting dalam perekonomian Jepang. Jepang memproduksi mobil, elektronik, bahan kimia, dan barang-barang lainnya secara global. Industri Jepang unggul karena otomatisasi tingkat tinggi dan penggunaan teknologi canggih, yang memungkinkannya menghasilkan produk papan atas dengan harga bersaing.

Namun, perekonomian Jepang memang menghadapi tantangan. Salah satu permasalahan yang signifikan adalah tingginya ketergantungan terhadap ekspor, sehingga rentan terhadap perubahan ekonomi global. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir terdapat permasalahan dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pemutusan hubungan kerja, berkurangnya jumlah angkatan kerja, dan meningkatnya pengangguran. Yang terakhir ini dapat dikaitkan dengan migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan. Selain itu, masalah pencemaran lingkungan dapat berdampak pada investasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Perubahan politik baru-baru ini di Jepang, seperti reformasi pemerintahan dan pemilu, juga dapat menambah stabilitas ekonomi negara tersebut.

Meskipun terdapat hambatan-hambatan ini, perekonomian Jepang terus bergerak maju. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Jepang telah menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, seperti meningkatkan investasi di bidang infrastruktur dan pendidikan serta memperbaiki kondisi usaha kecil dan menengah.

Jepang secara konsisten berinvestasi dalam teknologi dan inovasi, yang berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan biaya penelitian dan pengembangan, yang berpotensi mengurangi daya saing di pasar global. Perekonomian akhir-akhir ini mengalami pertumbuhan, meskipun agak tidak merata, dipengaruhi oleh pendapatan ekspor dan investasi di bidang infrastruktur.

Semua faktor ini pada akhirnya mempengaruhi nilai tukar Yen Jepang (USD JPY). Tarif ini membebani investor dan pebisnis internasional yang bekerja dengan Jepang, sehingga berdampak pada nilai aset Jepang seperti saham dan real estate serta harga barang-barang Jepang yang dijual di luar negeri.

Perlu dicatat bahwa pasangan mata uang USD JPY menempati peringkat kedua dalam volume perdagangan, setelahnya EUR USD, yang terkenal dengan likuiditasnya.

Sepanjang tahun 2023, terjadi tren kenaikan nilai tukar menyusul koreksi pada tahun lalu. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disarankan dapat menyebabkan peningkatan nilai tukar yang lebih besar.

Namun, faktor utama yang harus diperhatikan adalah tingkat inflasi. Pasar telah membeku sebagai antisipasi, dengan hampir semua pedagang bersiap untuk menjual. Kekhawatiran yang berkepanjangan cenderung melemah, sejalan dengan sentimen bearish.

Perjuangan Jepang melawan inflasi hanyalah sebuah lelucon. Meskipun sangat maju, negara ini tidak kebal terhadap permasalahan inflasi. Antara tahun 1985 dan 2014, tingkat inflasi di Jepang tertinggal dibandingkan negara maju lainnya, sehingga menyebabkan rendahnya suku bunga dan rendahnya pengembalian aset investasi. Namun mulai tahun 2020, inflasi mulai meningkat dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022.

Katalis inflasi Jepang adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja ditambah dengan tingginya biaya tenaga kerja. Untuk memerangi inflasi, pemerintah Jepang memulai berbagai langkah, termasuk menurunkan pajak impor dan meningkatkan belanja infrastruktur. Reformasi struktural dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada investor asing sekaligus meningkatkan partisipasi investor dalam negeri.

Meskipun demikian, meskipun ada upaya-upaya ini, inflasi terus meningkat. Pada tahun 2022, inflasi di Jepang mencapai 4.3%, yang merupakan level tertinggi dalam 25 tahun terakhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini adalah kenaikan harga energi dan komoditas serta peningkatan belanja kesejahteraan sosial dan layanan kesehatan.

Oleh karena itu, upaya mengendalikan inflasi tetap menjadi tantangan berkelanjutan bagi Jepang. Pemerintah harus terus melakukan reformasi sistem keuangan, mengurangi ketergantungan pada investor eksternal, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan membatasi biaya tenaga kerja.

Kembali ke nilai tukar USD JPY, dari sudut pandang teknis, kekhawatiran terhadap penurunan cukup beralasan. Harga mendekati resistensi historis di level 147.00-150.00.

Secara kasar, level ini sangat penting bagi semua pelaku pasar. Penembusannya akan menandai tahap baru dalam perkembangan pasangan mata uang dan akan membuka jalan menuju pertumbuhan sistematis.

Sebaliknya, pemantulan ke bawah akan menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan, mengkonsolidasikan harga dalam saluran horizontal di sekitar 127.00.

Jadi perhatikan baik-baik jika Anda melihat pasar Jepang sebagai tambahan yang bagus untuk portofolio Anda. Namun, jangan lupa bahwa analisis teknis dan fundamental harus dilakukan sebelum mengambil keputusan investasi.

Pengarang